Kita semua mengakui (bahkan sepakat) bahwa Allah SWT Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Keperkasaan Allah tidak dapat diukur, tidak luntur karena umur tidak lekang karena hujan. Kekuasaan Allah tidak terbatas, tidak ada batas tempat dan tiada ukuran waktu.
Allah SWT berkuasa mengangkat bahkan membuat suatu kaum jadi makmur, dan bisa menenggelamkan sekaligus membinasakan suatu kaum apabila kaum itu takabur dan kufur terhadap Allah. Mengangkat dan membinasakan suatu kaum tidak susah bagi Allah. Ingat peristiwa bencana yang menimpa kaum 'Ad.
Kaum 'Ad tidak mengenal Allah sebagai Tuhannya, mereka membuat patung-patung yang dinamai Shamud dan Alhattar untuk disembah karena dianggap sebagai Tuhan. Mereka berbuat kejahatan, bahkan mereka tidak mau berhenti berbuat durhaka dan jahat serta berbuat apa saja yang mereka kehendaki (sakarepe dewek). Sifat takabur kaum ‘Ad sudah sangat keterlaluan, dan saking hebatnya sehingga tidak dapat diubah oleh siapa pun. Akhirnya mereka diadzab dengan angin topan yang dingin
Kisah kaum 'Ad ini diabadikan dalam Alquran surah al-Haqqah ayat 6-8. Allah SWT Berfirman, “Sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan, seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?” (QS al-Haqqah [69]: 6-8).
Peristiwa itu menegaskan kepada kita bahwa Allah Mahakuasa, kalau Allah sudah berkehendak tidak ada yang bisa menghalangi, apalagi manusia hanya makhluk yang lemah, walaupun dia berkuasa. Manusia, apabila merasa bahwa dia memiliki kemampuan maka dia akan menjadi sombong, bahkan bukan hanya di hadapan manusia, di hadapan Allah pun bisa sombong.
Misalnya, ketika kita dikasih rahmat oleh Allah berupa hujan, sibuk berusaha mencari orang (pintar, alim, atau pawang) agar hujan tidak jadi (ada yang menyebutkan dialihkan, dipindahkan, istilahnya 'narang hujan'). Tapi anehnya, ketika kita butuh hujan (di musim kemarau) orang yang pintar narang hujan tersebut tidak dapat mendatangkan hujan. Di sinilah kelemahan manusia terlihat.
Ada banyak cara Tuhan menunjukkan kelemahan manusia. Kelemahan ini penting ditunjukkan untuk membuktikkan manusia itu lemah dan tidak ada apa-apanya dibanding kekuasaan Allah SWT. Dalam surat al-Waqi’ah, Allah SWT menunjukkan kemampuan-Nya untuk menghidupkan dan mematikan manusia, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang menjadi sumber makanan manusia, dan menurunkan air hujan sebagai sumber minuman.
Dalam surat al-Waqi’ah ayat 68-70, Allah SWT berfirman:
Pada ayat ini (69) kita ditanya oleh Allah, apakah manusia yang menurunkan hujan, ataukah Allah? Ketika kemarau melanda, pemerintah berusaha untuk membuat hujan. Kalaupun hujan turun, pertanyaan berikutnya dapatkah manusia menurunkan hujan sekehendak hatinya? Atau, andai manusia dapat melakukan rekayasa turunnya hujan, apakah hasil rekayasa mereka dapat sempurna?
Manusia seharusnya bersyukur akan turunnya air hujan. Manusia perlu bersyukur bahwa air hujan tidak ditahan oleh Allah untuk tetap di awan. Manusia juga perlu bersyukur bahwa air hujan diturunkan oleh Allah di berbagai tempat. Tidak hanya di laut atau di kakus, sehingga air tersebut tidak layak dikonsumsi. Rasa syukur tersebut tidak hanya soal keberadaan air saja, tapi juga sifatnya yang tawar.
Kemahakuasaan Allah ditunjukkan pula pada kasih sayang-Nya, yang menjadikan air hujan itu tawar tidak asin (QS. Al-Waqi'ah[56]: 70), seandainya Allah mau, Dia akan menjadikan air hujan itu asin, sehingga tidak dapat diminum dan tidak dapat digunakan untuk mengairi atau menyiram tanaman.
Sehingga pantas dan wajar, apabila kita mau minum dianjurkan untuk berdo'a terlebih dahulu, sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Doanya sebagai berikut:
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي سَقَانَا عَذْبًا فُرَاتًا بِرَحْمَتِهِ، وَلَمْ يَجْعَلْهُ مِلْحًا أُجَاجًا بِذُنُوْبِنَا
Alhamdulillaahil ladzii saqaanaa ‘adzban furaatan birahmatihi, walam yaj’alhu milhan ujaajan bidzunuubinaa
Semoga Allah dengan ke-Mahakuasaan-Nya akan segera menurunkan hujan, dan Semoga kita dapat menyukurinya."
Allohumma shoyyiban naafi'an" aamiin
MaaSyaaAllah... Ko makin keren aja sih pa doktor ini...
BalasHapussmngat trs literasinya ihh...
Bukukn☺💪
Terima kasih Bu guru ...
HapusIn sya Allah
مَاشَآءَ اللّٰهُ تَبَارَكَ اللّٰهُ
BalasHapusGeliat literasinya semakin menjadi-jadi, itulah karakter ulul albab sejati, pas menjadi uswah bagi generasi masa kini untuk menafakuri apa-apa yang terjadi dan menjadi di muka bumi ini sebagai kudrat dan iradat Sang Maha Karya "Allah al-Khaliq". Tetap semangat,
إِقْرَأْ بِسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ💪💪💪?
Sama-sama, tetap semangat Umi
HapusMaa Syaa Alloh....luar biasa...mksh ilmunya pa
BalasHapusSaya penggemar tulisan Bu Pupu di Komunitas, "semangat tahajjud dan semangat dhuha serta kajian malam". Bahkan saya simpan dalam 1 file. Banyak ilmu yang saya dapat dari tulisan ibu. Terima kasih juga bu
BalasHapusMasya Allah Tabarakallah, untaian kata menjadi kalimat yang indah penuh dg mana.terikasih byk ilmunya ayah ASA.sukses sll untuk pak doktor.
BalasHapusAh, kok pak doktor si ...
BalasHapusMasya Allah ....renungan atas kekuasaan Allah dengan untaian kata yang indaj... Mantap pak Asep...
BalasHapusTerimakasih bu Desri, Ayo Bu Desri kirim juga tulisan di MESRA
HapusSaya suka tulisan yang terurai dengan apik, tepat. Artikel ini menunjukkan literasi makin jos. Keren Pak Asep.
BalasHapusTerimakasih, bahan saya untuk koreksi ni
HapusMasyaa Allah, keren banget Kang👍👍smg sy dpt kecipratan ilmunya, aamiin🤲
BalasHapusTerimakasih pak 🙏
Hapus