Di Subuh Yang Syahdu, Saat Yang Tepat Untuk Beribadat
Oleh : Asep Saepul Adha
Di pagi yang masih malam, ketika kegelapan masih menyelimuti langit, suasana subuh yang syahdu mulai menjalar. Udara sejuk merangkum bumi dalam dekapannya yang tenang. Suasana sunyi hampir meresap ke dalam jiwa, seolah alam memohon untuk sejenak merenungi keindahan ciptaan-Nya.
Seperti biasanya, sambil menunggu adzan subuh berkumandang kami membaca beberapa ayat Al Qur'an, sesuai kata pak ustadz "nggak banyak juga nggak apa-apa, asal dawam/konsisten. Menjelang adzan saya berangkat ke mesjid. Terlihat di ufuk timur, gumpalan awan mulai terpilin oleh jari-jemari mentari yang hendak muncul. Cahaya merah keemasan membelai langit, mengumbar harapan bagi hari yang akan datang. Diiringi gemericik air mancur dari kolam ikan memecah kesunyian, mengajak jiwa untuk berlayar dalam ketenangan, aku melangkah menuju garasi mengambil motor kemudian berangkat ke Masjid untuk melaksanakan tugas sebagai hamba Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Tak lama setelah sampai di masjid adzanpun berkumandang. Selesai adzan semua jama'ah melaksanakan salat qabliyah subuh, mereka Istiqomah melaksanakan setelah mendapatkan penjelasan mengenai keutamaan shalat qabliyah subuh yaitu pahala dua raka'at sebelum subuh itu lebih baik dari dunia dan seisinya. Dalil naqlinya adalah sebagai berikut :
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Artinya :
“Dua raka’at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim no. 725).
Dalam lafazh lain, ‘Aisyah berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbicara mengenai dua raka’at ketika telah terbih fajar shubuh,
لَهُمَا أَحَبُّ إِلَىَّ مِنَ الدُّنْيَا جَمِيعًا
Artinya :
“Dua raka’at shalat sunnah fajar lebih kucintai daripada dunia seluruhnya” (HR. Muslim no. 725).
Shalat sunah fajar (qabliyah shubuh) bisa berpahala seperti itu harus memenuhi syarat nya. Mengutip ceramah ustadz Adi Hidayat syaratnya adalah di raka'at pertama ba'da membaca Al Fatihah membaca surat Al Kaafiruun dan pada raka'at kedua ba'da membaca Al Fatihah dilanjutkan membaca surat Al Ikhlas. Adapun dalil naqli atau dasar hukumnya adalah hadits berikut,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَرَأَ فِى رَكْعَتَىِ الْفَجْرِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)
Artinya :
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ketika shalat sunnah qobliyah shubuh surat Al Kafirun dan surat Al Ikhlas” (HR. Muslim no. 726).
Kalau kita kaji lebih jauh, shalat sunnah fajar (qabliyah shubuh) saja pahalanya sudah sedemikian rupa, tentunya apalagi dengan shalat Shubuh pasti lebih dari itu. Namun sayang, walaupun dijelaskan bahwa pahalanya lebih besar, banyak orang yang masih malas untuk shalat Shubuh berjama'ah di masjid. Dalam haditsnya Rasulullah bersabda
لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً
Artinya :
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 657).
Di suasana subuh yang syahdu ini, jiwa manusia terasa dekat dengan Sang Pencipta. Ketika dunia masih terlelap dalam tidurnya, hati manusia terbuka luas untuk merasakan kehadiran-Nya yang begitu mendalam. Subuh menjadi waktu yang paling indah untuk merenungkan kebesaran-Nya dan mensyukuri nikmat yang diberikan dalam setiap detik kehidupan. Maka pada saat inilah waktunya manusia untuk memperbanyak ibadah, dan yang dicontohkan oleh Rasulullah ibadah di suasana ini adalah shalat qabliyah shubuh.
Sesuatu yang dilaksanakan atau dilakukan dengan terus menerus maka itu menjadi budaya, mudah-mudahan istiqomahnya jamaah akan menjadi budaya dan menumbuhkan karakter disiplin dalam menjalankan kewajiban sebagai hamba Allah dan dengan karakter itu akan melaksanakan tugas sebagai Khalifah di bumi dengan baik.
Mantap Aak, tausiyahnya makin berisi
BalasHapusHatur nuhun atuh
Hapus