Langsung ke konten utama

Upacara Hari Lahir Pancasila

Berdiri Kembali Dekat Tiang Bendera

Berdo'a yuk

Udara pagi 1 Juni 2024 terasa sejuk dan segar. Sinar mentari pagi menembus dedaunan, mewarnai lapangan sekolah dengan rona keemasan. Di sanalah, di tengah lapangan yang ramai dengan barisan murid yang rapi, berdiri tegak Pak Asep Saepul Adha, sang mantan kepala sekolah.

Hari ini berbeda. Biasanya, Pak Asep Saepul Adha hanya menjadi tamu undangan di upacara bendera. Namun, kali ini, ia kembali ke tempat yang dulu selalu ditempatinya: di depan barisan, sebagai pembina upacara. Perasaan haru dan sedikit aneh bercampur aduk di dalam dirinya.

"Semenjak mengundurkan diri dari jabatan kepala sekolah," gumam Pak Asep Saepul Adha dalam hati, "saya tidak pernah lagi menjadi pembina upacara. Rasanya agak sedikit aneh, tapi juga membangkitkan kenangan indah masa-masa dulu."

Pak Asep Saepul Adha mengalihkan pandangannya ke barisan murid di hadapannya. Wajah-wajah ceria dan penuh semangat mereka mengingatkannya pada masa mudanya dulu, saat ia masih duduk di bangku sekolah dan mengikuti upacara bendera dengan penuh khidmat.

"Masa depan bangsa ada di tangan mereka," pikir Pak Asep Saepul Adha. "Semangat mereka untuk memperingati Hari Lahir Pancasila ini harus dijaga dan dibina."

Siap Membaca Teks Pancasila

Dengan tegap dan penuh rasa bangga, Pak Asep Saepul Adha memulai tugasnya sebagai pembina upacara. Suaranya yang lantang dan penuh semangat membangkitkan semangat para murid untuk mengikuti setiap prosesi upacara dengan khidmat.

Di momen itu, Pak Asep Saepul Adha menyadari bahwa meskipun ia tidak lagi menjadi kepala sekolah, perannya dalam mendidik dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada generasi muda tidak pernah berhenti.

Upacara bendera pun berjalan dengan lancar dan penuh makna. Di akhir upacara, Pak Asep Saepul Adha memberikan amanat kepada para murid. Ia menyampaikan pesan tentang pentingnya memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

"Kalian adalah generasi penerus bangsa," pesan Pak Asep Saepul Adha. "Jagalah Pancasila, dan jadikanlah sebagai pedoman hidup kalian. Bangunlah bangsa ini dengan semangat persatuan, kesatuan, dan gotong royong."

Tepuk tangan meriah menggema di lapangan saat Pak Asep Saepul Adha mengakhiri amanatnya. Senyum Pak Asep Saepul Adha merekah lebar. Ia merasa lega dan bahagia telah kembali memberikan kontribusinya, meskipun kecil, untuk bangsa dan negara.

Bagi Pak Asep Saepul Adha, momen ini bukan hanya tentang kembali menjadi pembina upacara. Momen ini adalah tentang pengingat bahwa semangat juang dan rasa cintanya kepada tanah air tidak pernah padam.

Habis Upacara lanjut Photo


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tersungkur dan Tersingkir

Tersungkur dan Tersingkir  Oleh : Asep Saepul Adha  Suasana subuh untuk muhasabah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini. Untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional mereka, setiap orang membutuhkan interaksi dan hubungan dengan orang lain. Orang yang satu memerlukan orang yang lainnya untuk bersosialisasi dan saling mendukung. Orang kaya membutuhkan orang miskin. Orang kaya mungkin memerlukan tenaga kerja, keahlian, atau pandangan yang berbeda dari mereka yang kurang mampu. Di sisi lain, orang miskin mungkin memerlukan bantuan, peluang, atau bimbingan dari mereka yang lebih beruntung secara materi.  Situasi biasanya memengaruhi cara seseorang berperilaku terhadap orang lain. Banyak orang akan berusaha mendekat dan memikat untuk menjalin hubungan dengan seseorang yang berada dalam kondisi yang baik, seperti memiliki kekayaan atau kesehatan yang baik. Mereka tertarik pada aura positif dan prospek keuntungan dari hubungan. Namun, ketika men...

REST AREA

  REST AREA PERJALANAN MANUSIA Oleh Asep Saepul Adha   Rest Area KM456 (Pendopo)  Sumber : https://www.carmudi.co.id/journal/7-rest-area-terbaik-di-tol-trans-jawa/ Perjalan manusia menuju alam akhirat merupakan perjalanan panjang yang akan melewati beberapa alam. Diawali dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzah, sampai pada alam akhirat dengan tujuan akhit di surga atau neraka. Ketika manusia berada di alam dunia maka sesungguhnya baru mencapai separuh perjalan dan diibaratkan sedang mampir sebentar di Rest Area (meminjam istilah perjalan jauh lewat jalan tol) dan untuk melanjutkan perjalan berikutnya maka diperlukan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya, karena ketika ruh kita dipisahkan dari raga (meninggal) maka berakhirlah waktu kita untuk mengumpulkan bekal. Mati adalah suatu keharusan ketika kita akan melakukan perjalan (masuk) ke alam Barzah (alam keempat) yang harus dilalui. Coba perhatikan " Rest Area " berikut R uh sudah menjadi bahasan sejak zama...

Di Subuh Yang Syahdu, Saat Yang Tepat Untuk Beribadat

  Di Subuh Yang Syahdu, Saat Yang Tepat Untuk Beribad at Oleh : Asep Saepul Adha Di pagi yang masih malam, ketika kegelapan masih menyelimuti langit, suasana subuh yang syahdu mulai menjalar. Udara sejuk merangkum bumi dalam dekapannya yang tenang. Suasana sunyi hampir meresap ke dalam jiwa, seolah alam memohon untuk sejenak merenungi keindahan ciptaan-Nya. Seperti biasanya, sambil menunggu adzan subuh berkumandang kami membaca beberapa ayat Al Qur'an, sesuai kata pak ustadz "nggak banyak juga nggak apa-apa, asal dawam/konsisten. Menjelang adzan saya berangkat ke mesjid. Terlihat di ufuk timur, gumpalan awan mulai terpilin oleh jari-jemari mentari yang hendak muncul. Cahaya merah keemasan membelai langit, mengumbar harapan bagi hari yang akan datang. Diiringi gemericik air mancur dari kolam ikan memecah kesunyian, mengajak jiwa untuk berlayar dalam ketenangan, aku melangkah menuju garasi mengambil motor kemudian berangkat ke Masjid untuk melaksanakan tugas sebagai hamba Allah,...