Segala
informasi yang kita tinggalkan di internet, baik dengan sengaja maupun tidak,
disebut jejak digital. Ini terjadi secara otomatis setiap kali kita melakukan
sesuatu di internet, seperti berinteraksi di media sosial, berbelanja online,
atau mengunjungi situs web.
Posting
di media sosial adalah contoh jejak digital. Jejak yang kita tinggalkan dengan
membagikan foto, video, status, atau komentar menjadi bagian dari identitas
digital kita. Bahkan aktivitas kecil seperti menyukai atau membagikan konten
dengan orang lain juga menambahkan jejak.
Riwayat
pencarian, yaitu jejak kata-kata atau topik yang kita cari melalui mesin
pencari, adalah contoh jejak digital yang mencakup riwayat aktivitas kita di
internet selain apa yang kita bagikan secara langsung. Jejak digital lainnya
juga dapat berasal dari komentar di blog atau forum, berupa pendapat atau
tanggapan yang kita berikan, email, dan data lokasi, yaitu informasi tentang
lokasi yang kita kunjungi melalui perangkat mobile kita.
Mengapa Jejak Digital Dianggap Penting?
Jejak
digital berdampak nyata pada kehidupan kita. Sebagai contoh, perusahaan sering
memeriksa jejak digital calon karyawan untuk mengetahui aktivitas dan
kepribadian mereka di internet sebelum memutuskan untuk merekrut mereka. Namun,
jejak digital memiliki efek negatif karena dapat disalahgunakan oleh orang yang
tidak bersalah, seperti mencuri identitas atau menyalahgunakan informasi
pribadi. Oleh karena itu, kita harus lebih cerdas dan berhati-hati saat
berinteraksi di internet.
Jejak
digital mencakup semua rekam data yang ditinggalkan seseorang saat berselancar
di internet. Jejak ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti unggahan di
media sosial yang terdiri dari foto, video, atau status; ulasan di forum yang
menyampaikan pendapat atau pengalaman pribadi; atau aktivitas berbelanja di
situs web e-commerce yang mencatat preferensi pelanggan dan riwayat pembelian
mereka.
Sangat
menarik bahwa tidak semua jejak digital dibuang secara sadar. Kadang-kadang,
orang menggunakan internet tanpa disadari meninggalkan rekaman digital, seperti
ketika mereka mengklik tautan atau mengizinkan akses data lokasi pada perangkat
mereka. Hal ini menunjukkan betapa mudahnya jejak digital terbentuk dalam
kehidupan sehari-hari kita dengan teknologi digital.
Jejak
digital dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu jejak digital aktif dan jejak
digital pasif.
Jejak
digital aktif adalah informasi yang sengaja dibagikan oleh pengguna saat
beraktivitas di internet. Contoh jejak digital aktif termasuk postingan di
media sosial seperti status, foto, atau video, komentar yang ditulis di blog
atau forum, dan profil online yang dibuat dan diisi secara sukarela. Pengguna
tahu dan ingin membagikan informasi ini.
Jejak
Digital Pasif, di sisi lain, adalah data yang dikumpulkan tanpa disadari
pengguna. Contohnya termasuk pola pencarian yang dicatat oleh mesin pencari,
data lokasi geografis yang dikumpulkan saat menggunakan perangkat mobile, dan
pelacakan cookie yang merekam aktivitas pengguna di situs web. Kebiasaan online
tanpa interaksi langsung pengguna sering menyebabkan jejak pasif ini.
Kedua
jenis jejak digital ini sama-sama membentuk identitas digital seseorang di
internet dan memiliki pengaruh besar pada kehidupan kontemporer.
Mengelola Jejak Digital dengan Bijak
Di
era internet saat ini, jejak yang kita tinggalkan di internet memiliki dampak
besar pada reputasi dan kehidupan kita. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengelola jejak digital kita dengan bijak agar kita dapat membangun citra yang
positif dan menjaga privasi kita dengan baik. Ada beberapa langkah yang dapat
diambil untuk mengelola jejak digital dengan benar, menurut Ibu Dra. Sri
Sugiastuti, M.Pd.:
Pertama, postinglah hal-hal baik,
seperti prestasi dan karya yang dapat menginspirasi dan membantu orang lain.
Hal ini akan membantu menumbuhkan keyakinan positif tentang diri kita sendiri
dan menunjukkan apa yang telah kita lakukan untuk masyarakat.
Namun,
sangat penting untuk menghindari memposting data diri, kartu identitas, atau
informasi sensitif lainnya yang dapat disalahgunakan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab. Hak privasi harus dilindungi.
Selanjutnya,
hindari juga menghujat, menghina, atau melecehkan seseorang di media
sosial. Orang lain dapat dipengaruhi secara langsung oleh apa yang kita tulis.
Jadi, jaga etika dan rasa hormat saat berinteraksi secara online.
Selain
itu, penting untuk stop oversharing (menghindari berbagi terlalu banyak).
Sangat penting untuk mempertimbangkan dengan cermat apakah sesuatu harus
diposting atau tidak. Tidak perlu mengungkapkan semua momen pribadi Anda,
karena ada beberapa hal yang lebih baik disimpan untuk diri sendiri.
Hapus
komentar atau riwayat buruk yang dapat merusak reputasi. Kita
memiliki kontrol penuh atas profil kita, dan menghapus hal-hal yang tidak
menyenangkan akan membantu menjaga citra diri yang baik.
Terakhir,
pastikan untuk menghapus semua cookie yang dapat melacak aktivitas
internet kita. Ini adalah langkah penting dalam melindungi privasi dan mencegah
penyalahgunaan data pribadi.
Dengan
mengikuti langkah-langkah yang disarankan oleh Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd.,
kita dapat mengelola jejak digital kita dengan lebih bijak, memastikan bahwa
kehadiran kita di internet mencerminkan siapa kita sebenarnya, dan menjaga
keamanan dan privasi kita di sana.
Dampak Negatif dari Jejak Digital yang Buruk
Dampak
jangka panjang dari jejak digital yang buruk dapat merusak kehidupan pribadi
dan profesional kita. Menurut Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd., berikut adalah
beberapa efek negatif yang dapat terjadi jika kita lalai mengelola jejak
digital kita:
Pertama,
kerusakan reputasi. Ketika konten negatif atau memalukan diunggah di
internet, itu dapat merusak reputasi Anda di mata orang lain, baik dalam
kehidupan profesional maupun pribadi. Apa yang kita bagikan di media sosial
dapat bertahan lama dan mempengaruhi pandangan orang tentang kita, meskipun
kita berusaha menghapusnya.
Kedua,
peluang yang hilang. Sekarang, banyak organisasi memeriksa data digital
calon karyawan dan mahasiswa. Jika mereka menemukan bahwa konten tidak pantas
atau tidak sesuai dengan prinsip-prinsip mereka, kesempatan penting seperti
pekerjaan atau kesempatan pendidikan bisa hilang begitu saja.
Selain
itu, penipuan dan kejahatan. Jika Anda secara sembarangan atau tidak
hati-hati memberikan informasi pribadi di internet, itu dapat membuka peluang
bagi pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyalahgunakannya. Saat kita
lengah untuk berbagi informasi penting, penipuan, pencurian identitas, atau
kejahatan lainnya bisa terjadi.
Selain
itu, riwayat digital yang buruk dapat membuat seseorang menjadi sasaran cyberbullying.
Serangan verbal atau pelecehan online dapat mengganggu kesehatan mental korban
karena ucapan atau tindakan yang tersebar di internet. Cyberbullying dapat
menyebabkan depresi, kecemasan, bahkan gangguan psikologis yang lebih parah.
Terakhir,
namun tidak kalah penting, jejak digital negatif dapat menyebabkan kesulitan
saat mencari pekerjaan. Banyak bisnis sekarang menggunakan media sosial untuk
menilai kandidat karyawan. Jika rekaman digital seseorang penuh dengan konten
yang tidak profesional atau kontroversial, hal ini dapat menjadi hambatan besar
untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
Mengingat
konsekuensi negatif ini, penting bagi kita untuk menjaga dan mengelola jejak
digital kita dengan hati-hati untuk melindungi privasi dan reputasi kita serta
kesempatan di masa depan.
mantap resumenya, klik https://video.kompasiana.com/omjaylabs/676156fb34777c28210d5a14/pertemuan-kedua-diklat-gmld-kelola-jejak-digital-yang-baik
BalasHapusTerimakasih Om Jay 🙏
HapusKue bakpaw pakai perisa duren,
BalasHapusWaaaw Pak ASA memang kereeeen!
Hatur nuhun Umi Yuyun
Hapus