Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2022

Tahun Baru

  Tahun Baru Oleh : Asep Saepul Adha e-mail : asepsaepuladha@gmail.com   Padi dimakan burung kenari Ditembak tepat oleh bapak tani Mentari pertama bulan Januari Tampak indah bak bidadari Murai batu hinggap di benalu Burung Pegar siap bersarang Perjalan waktu cepat berlalu Nggak sadar umur berkurang Mencari benalu di pohon kemiri Bentuknya indah namun banyak duri Hari berlalu tanpa permisi Bak pelangi indah namun cepat pergi Janganlah berjalan tanpa berkain Pakailah baju gunakan selempang Jangan hanya diam meratapi nasib Bergeraklah maju menuju gemilang Gunakan galah dari bambu Untuk mengambil kain gendongan jamu Tinggalkan salah di masa lalu Ganti dengan amal baik jangan jemu Burung perkutut di pohon waru Burung cenderawasih jangan diburu Kita sambut tahun baru Dengan amal salih dan semangat baru

Berani mati atau berani hidup ?

Berani mati atau berani hidup ? Oleh    : Asep Saepul Adha Motto  : عِشْ كَرِيْماً اَوْ مُتْ شَهِيْدًا   Manakah yang baik menurut anda, berani hidup atau berani mati ? Sebagai ungkapan hormat sekaligus kagum kepada seseorang yang rela mati untuk mempertahankan kehormatannya keluarlah kata ‘berani mati’, dan kata ‘berani mati’ sering diungkapkan sebagai rasa kagum terhadap pahlawan yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sekelompok orang melakukan suatu pekerjaan dengan resiko mati paling besar kadang disebut juga pasukan berani mati, misalnya pekerja di tower SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi). Berani mati untuk apa ? Berani mati tergantung niat, kalau niatnya hanya demi gengsi, mati konyol namanya, tapi kalau keluarga dalam bahaya sepertinya tidak ada orang yang takut mati demi mebela keluarganya. Suatu ketika saat pergi ke sawah bersama bapak, bapak saya bilang : “bapak tidak bangga dengan orang yang ‘berani mati’, tapi bapak bangga sam...

Sepertiga Malam

  Sepertiga Malam Oleh : Asep Saepul Adha   Malam merupakan suatu keadaan dimana Bumi tidak menghadap Matahari, pada masa ini digunakan oleh sebagian makhluk tidak terkecuali manusia sebagai waktu beristirahat, setelah selama siang hari melakukan aktifitas mencari ‘sesuatu’ untuk memenuhi kebutuhannya. Karena malam sifatnya yang ‘ sunyi ’, zaman dulu sering dipakai oleh sebagian orang untuk menimba dan menambah ilmu, terutama ilmu agama dengan kegiatan mengaji. Waktu Maghrib sampai dengan Isya, dimanfaatkan orang terutama anak-anak untuk mengaji, pak Kiayi mengajar santrinya lebih banyak di malam hari, kegiatan ini dilakukan baik di rumah, di surau atau di masjid. Sekarang kegiatan seperti ini sudah pudar, luntur karena perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan zaman. Orang (anak-anak) lebih senang internetan (searching, main game, dan lain-lain) daripada membaca Al-Qur’an. Bahkan anak-anak dan banyak juga orang tua kalau main game sampai lupa waktu, nggak sadar kalau s...

Update dan Upgrade

  Update dan Upgrade Oleh    : Asep Saepul Adha e-mail   : asepsaepuladha@gmail.com Pada zaman teknologi sekarang ini, seorang siswa bisa saja lebih mengerti tentang materi pelajaran dari gurunya, karena siswa lebih dahulu tahu dari gurunya. Sebelum belajar di kelas, siswa di rumah sudah membuka internet dan mencari materi yang akan dipelajari, sementara gurunya tidak membuka internet (mungkin karena nggak bisa atau nggak punya kuota, hehehe) karena beranggapan bahwa ilmunya sudah dia dapat pada saat kuliah. Guru tidak ingat bahwa kuliahnya zaman 'baheula' sementara materi berkembang sesuai zamannya. Guru yang seperti ini tidak menyadari bahwa dirinya telah 'ketinggalan kereta', Sabda Rasulullah SAW: "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian". Artinya, ilmu itu bersifat dinamis dan tidak tetap...

Ibu

IBU Oleh : Asep Saepul Adha   Dulu ... Engkau masih gadis remaja Dambaan setiap jejaka Disebut orang ‘kembang desa’ namun ... Sejak aku dilahirkan kedunia Engkau mulai dipanggil ibu   Ibu ... Ketika empat bulan dalam kandunganmu aku senantiasa mengganggumu saat engkau tidur lelap aku bergerak engkau bangun dan berucap ‘oh anakku sayang ...’   Ibu ... Sembilan bulan sepuluh hari aku telah mengisi kekosongan rahimmu maafkan aku telah menyusahkanmu   Selama dua tahun lamanya tak peduli engkau ngantuk ataupun lelah di tempat sepi atau ramai engkau senantiasa sigap dan siap menyusuiku   Ibu ... Engkau adalah protektor sejati Aku senantiasa dilindungi dari panas dan hujan dari cacian dan makian engkau siap berkorban demi anak kesayangan

Tiga Sifat Dasar Manusia

Sifat asli manusia itu mengeluh, keluh kesah, dan kikir Disebutkan dalam QS Al Ma’arij ayat 19-21,   اِنَّ الۡاِنۡسَانَ خُلِقَ هَلُوۡعًا ۙ اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوۡعًا ‏وَاِذَا مَسَّهُ الۡخَيۡرُ مَنُوۡعًا 19. Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. 20. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, 21. dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir,   Bila musim hujan tiba hampir tiap hari terjadi hujan banyak orang yang berkeluh kesah, manusia suka ngomong “kok tiap hari hujan terus, kalau begini terus jemuran nggak kering”, atau mungkin “ ... kalau begini terus nggak bisa kerja”, bahkan orang yang mau melaksanakan ‘hajatan’ mereka mencari ‘orang suci’/’orang pintar’/’pawang hujan’ dan lain-lain sebutan, agar pada saat hari H hujan nggak turun (jadi ingat peristiwa di Mandalika, hehehe). Ada peristiwa lucu menurut saya, ketika saya menikahkan anak yang pertama (karena saya baru pertama kali ‘hajatan’, maka banyak orang membantu d...